Rabu, 22 Februari 2012

morfologi lanjut


Kata dalam bahasa indonesia terdiri dari satu suku kata atau lebih, misalnya ban, bantu, membantu, memperbantukan. Betapa pun panjangnya suatu kata, wujud suku yang membentuknya mempunyai struktur kaidah pembentukan yang sederhana. Suku kata dalam bahasa Indonesia dapat terdiri atas
1. Satu vokal
2. Satu vokaldan satu konsonan
3. Satu konsonan dan satu vokal
4. Satu konsonan, satu vokal, dan satu konsonan,
5. Dua konsonan dan satu vokal
6. Dua konsonan, satu vokal, dan satu konsonan
7. Satu konsonan, satu vokal, dan dua konsonan
8. Tiga konsonan dan satu vokal
9. Tiga konsonan, satu vokal, dan satu konsonan
10. Dua konsonan, satu vokal, dan dua konsonan
11. Satu konsonan , satu vokal dan tiga konsonan
Contoh dari sebelas macam suku kata di atas
No
Konsonan/vokal
Bahasa Indonesia
Bahasa Jawa
1
V
a-mal
a-rep
2
VK
ar-ti
un-tu
3
KV
pa-sar
ba-li
4
KVK
pak-sa
pek-so
5
KVKK
teks-til
tong-gos
6
KVKKK
korps
korps
7
KKV
slo-gan
bre-ngos
8
KKVK
trak-tor
kram-bil
9
KKKV
stra-te-gi
Nyro-bot
10
KKKVK
struk-tur
ngrek-so
11
KKVKK
kom-pleks
Kom-pleks

Rabu, 08 Februari 2012

Mengapa Guru Harus Profesional



MENGAPA GURU HARUS PROFESIONAL
Sudarwan Danim menegasakan bahwa tuntutan kehadiran guru yang profesional tidak pernah surut, karena dalam latar proses kemanusiaan dan pemanusiaan,ia hadir sebagai subjek paling diandalkan, yang sering kali disebut sebagai Oemar bakri.22 (www.infoskripsi.com/Article/Profesionalisme-Guru.html)

Sementara Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Uman Suherman mengatakan, guru merupakan tonggak awal bagi pendidikan yang memberikan pengaruh bagi masa depan bangsa. "Tidak hanya bisa menghasilkan lulusan tetapi juga harus bisa menanamkan ilmu yang bermanfaat bagi bangsa dan negara," ujarnya. Dia mengatakan, dengan alasan tersebut menjadikan guru harus profesional dalam mengajar dan mendidik anak. Untuk itu, persiapan yang matang sebelum mengajar harus dilakukan agar guru tidak bingung ketika masuk kelas. (www.korankaltim.co.id: Bangun Karakter Bangsa, Guru Harus Profesional).

Mohammad Nuh menambahkan, Untuk menyiapkan generasi bangsa ini, katanya, guru harus profesional. Profesional dalam arti tidak mati akal dan hatinya. “Makanya untuk mengetahui kompetensi guru, guru harus ikut uji kompetensi (http://beritasore.com/2012/01/16/guru-harus-profesional/).

Pada Pasal 1 Ketentuan Umum dijelaskan, guru harus profesional, yang dimaksud itu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Nah, sejalan pula dengan Pasal 2 dinyatakan, guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesioanl sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.(http://www.hariansumutpos.com/2011/11/18159/guru-harus-profesional.htm)

Seorang guru yang profesional setidaknya harus bisa menguasai dua karakteristik utama dalam mengajar, yakni bahan ajar dan peserta didik. Penguasaan kedua elemen ini sangat dibutuhkan untuk menentukan metode dan strategi pembelajaran.

Guru besar Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Djemari Mardapi, mengungkapkan, penguasaan karakteristik bahan ajar meliputi konsep, prinsip, dan teori yang terdapat dalam bahan ajar tersebut. Sedangkan karakteristik peserta didik yang harus dikuasai guru meliputi potensi, minat, akhlak mulia dan personaliti peserta didik.

"Selain menguasai, guru juga harus bisa menyesuaikan diri dengan dua elemen tersebut. Guru harus bisa memahami bagaimana peserta didik belajar dan mampu meningkatkan minat serta  motivasi mereka," ujarnya saat menjadi pembicara pada seminar regional pendidikan yang digelar Pusat Kajian pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, Kamis (19/1).

Menurutnya, guru juga harus menyadari bahwa peserta didik itu secara tidak langsung juga belajar akhlak mulai dari proses mengamati perilaku guru saat proses belajar mengajar berlangsung. Metode pembelajaran yang diterapkan  guru juga harus disesuaikan dengan kondisi peserta didik.

"Ini diperlukan karena tingkat perhatian peserta didik terhadap pembelajaran di kelas sangat bervariasi. Ketrampilan guru memilih metode pembelajaran inilah yang menentukan apakah tingkat perhatian peserta didik turun atau tidak. Selain itu guru juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi," katanya.

Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) DIY, Zainal Fanani menambahkan, guru harus bisa berperan guru menjadi sosok yang memberikan pengantar ilmu pengetahuahn pada peserta didiknya. "Guru harus bisa menjadi desainer pendidikan untuk mengantarkan pesertadidiknya menguasai ilmu itu sendiri, "tandasnya. (http://krjogja.com/read/115575/guru-profesional-harus-kuasai-bahan-ajar-dan-peserta-didik.kr).